Menguatkan Adat dan Budaya Lokal di Era Globalisasi Digital

Opini180 Dilihat

Oleh: Irdam Imran
Perantau Minang, tinggal di Depok – Jawa Barat

RANAHNEWS – Globalisasi digital telah membuka peluang luar biasa bagi masyarakat dunia, termasuk masyarakat Minangkabau. Teknologi informasi memungkinkan pertukaran pengetahuan dan budaya lintas batas secara instan. Namun, di balik peluang itu, terdapat tantangan besar. Perlahan tapi pasti, identitas budaya lokal terancam terkikis oleh gelombang informasi global yang seragam dan seringkali tidak berpijak pada akar budaya sendiri.

Sebagai perantau Minang yang telah lama menetap di Depok, saya menyaksikan bagaimana generasi muda kita—baik di kampung halaman maupun di perantauan—semakin jauh dari nilai-nilai adat dan kebudayaan Minangkabau. Padahal, dalam budaya kita terkandung nilai-nilai luhur yang selama berabad-abad telah menjadi panduan hidup bersama, seperti falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.

Tantangan saat ini bukan lagi sekadar menjaga budaya sebagai warisan, tetapi bagaimana menghidupkan kembali budaya itu dengan bahasa zaman sekarang. Kita memerlukan strategi bersama agar budaya tidak hanya bertahan sebagai simbol masa lalu, tetapi tumbuh menjadi kekuatan moral dan sosial dalam membangun masa depan.

Peran Strategis Tokoh Adat dan Senator Daerah

Di tengah situasi ini, tokoh-tokoh Minangkabau yang duduk di lembaga negara seperti DPD RI memegang peran yang sangat strategis. Salah satu sosok yang patut diapresiasi adalah Irman Gusman Datuak Rajo Labiah, Senator asal Sumatera Barat yang memiliki rekam jejak panjang dalam memperjuangkan otonomi daerah, kemandirian ekonomi, dan penguatan nilai-nilai lokal.

Irman Gusman bukan hanya seorang politisi, tetapi juga cerminan Minangkabau yang teguh memegang adat dan budaya, sekaligus mampu memainkan peran penting di tingkat nasional. Melalui forum seperti DPD RI, suara beliau menjadi jembatan antara aspirasi adat Minangkabau dengan kebijakan nasional yang terus berkembang.

Saya meyakini, melalui posisi dan pengaruhnya, Senator Irman Gusman dapat mendorong lahirnya kebijakan afirmatif untuk pelestarian budaya lokal. Ini dapat mencakup alokasi anggaran untuk digitalisasi budaya, revitalisasi lembaga adat, pengembangan ekonomi kreatif berbasis tradisi, hingga perlindungan warisan budaya tak benda yang kian terpinggirkan.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Penguatan adat dan budaya Minang di era globalisasi bukanlah tugas segelintir orang. Ini merupakan gerakan kolektif yang harus melibatkan semua pihak: pemerintah daerah, pemuka adat, perantau, generasi muda, hingga masyarakat Minang di dunia digital.

Beberapa langkah konkret yang dapat kita lakukan bersama antara lain:

Mendorong Digitalisasi Kearifan Lokal
Kita perlu menghadirkan nilai-nilai adat dalam bentuk konten digital yang menarik, seperti video edukasi, cerita pendek, podcast adat, hingga pelatihan daring tentang sejarah Minangkabau.

Mengaktifkan Peran Surau dan Balai Adat

Surau dan balai adat dapat dikembangkan menjadi pusat pembinaan karakter dan literasi budaya dengan pendekatan kekinian yang memanfaatkan teknologi.

Membangun Gerakan Diaspora Budaya Minang

Para perantau berperan sebagai agen budaya di lingkungan mereka, baik melalui kegiatan komunitas, pelestarian bahasa Minang, maupun promosi budaya di forum-forum antar daerah.

Menghubungkan Adat dan Ekonomi Kreatif

Budaya Minang dapat menjadi sumber penguatan ekonomi. Produk-produk lokal berbasis warisan budaya perlu dikembangkan dengan narasi kuat dan kemasan modern agar mampu bersaing di pasar nasional dan internasional.

Mendorong Kolaborasi Tokoh Daerah dengan Generasi Muda

Harus tercipta dialog lintas generasi. Tokoh adat dan senator seperti Irman Gusman perlu membangun komunikasi aktif dengan generasi muda agar nilai-nilai luhur tidak dianggap beban, melainkan menjadi sumber inspirasi.

Menutup Jalan Lupa

Di era yang serba cepat dan serba global ini, kita membutuhkan penyeimbang dalam bentuk akar budaya yang kuat. Tanpa akar yang kokoh, kita akan mudah terhempas oleh badai perubahan.

Minangkabau memiliki modal besar: sistem sosial yang egaliter, budaya intelektual yang tinggi, serta filosofi hidup yang arif. Kini saatnya kita bersama-sama menguatkan kembali adat dan budaya Minangkabau sebagai pilar yang mampu membimbing generasi di tengah gelombang zaman. (***)

Komentar