Padang, RANAHNEWS – Peluncuran buku otobiografi almarhum Gubernur Sumatera Barat periode 2000–2005, H. Zainal Bakar, berlangsung khidmat di Auditorium Gubernuran, Jalan Sudirman Padang, Rabu (3/9/2025). Buku berjudul “Menapak dari Bawah Melangkah Hingga Puncak” itu menghadirkan suasana penuh penghargaan, dengan kehadiran sejumlah tokoh penting, akademisi, hingga para pamong senior.
Gubernur Sumbar H. Mahyeldi, SP yang hadir dalam acara tersebut memberikan apresiasi tinggi. Ia menilai peluncuran buku ini bukan sekadar perayaan, tetapi juga ruang perjumpaan antara pengalaman para senior dengan semangat generasi muda. Menurutnya, interaksi nilai-nilai ini dapat menjadi bekal berharga bagi pembangunan Sumatera Barat ke depan.
“Forum peluncuran buku ini adalah ajang transformasi nilai kepemimpinan dari tokoh kepada generasi berikutnya. Banyak kiat-kiat kepemimpinan yang tidak diajarkan di sekolah atau perguruan tinggi, tetapi bisa dipetik dari pengalaman nyata para pemimpin,” ujar Mahyeldi.
Ia juga mengenang momen pribadinya bersama almarhum. Pertama kali dirinya masuk ke Gubernuran adalah saat makan malam bersama Zainal Bakar ketika masih menjabat Wakil Ketua DPRD Sumbar. Menurutnya, pengalaman itu menjadi kenangan berharga yang memperlihatkan kehangatan sosok Gubernur Zainal.
Acara ini digagas oleh Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Sumbar bersama keluarga besar almarhum melalui putra sulungnya, Prof. Dr. Ir. Is Prima Nanda, ST., MT. Turut hadir berbagai tokoh, di antaranya Anggota DPD RI Irman Gusman, Bupati Padang Pariaman Jhon Kenedy Azis, Rektor Unand Efa Yonnedi, mantan Wagub Sumbar Prof. Fachri Ahmad, pakar hukum Prof. Elwi Danil, dan sejumlah tokoh lain.
Ketua PWRI Sumbar, Drs. Syafrizal Ucok, MM Dt. Nan Batuah, dalam sambutannya menyebut Zainal Bakar sebagai pamong panutan dengan perjalanan karier yang lengkap. Ia meniti karier dari ASN di Kabupaten Agam, kemudian menjadi Sekwilda Sumbar, hingga akhirnya menjabat Wakil Gubernur dan Gubernur Sumbar.
“Kami sebagai staf beliau merasakan kepemimpinan yang tegas dan merakyat. Ada pameo di kalangan pegawai, jika sudah dimarahi Pak Zainal berarti tanda sayang, bahkan bisa jadi pertanda promosi,” ungkap Syafrizal.
Rasa syukur juga disampaikan pihak keluarga. Prof. Is Prima Nanda mewakili ahli waris menekankan bahwa warisan terbesar almarhum bukan hanya jabatan, melainkan nilai kedisiplinan, loyalitas, dan kepedulian terhadap pendidikan.
“Papa selalu menekankan pentingnya pendidikan. Semua anak-anaknya bisa menyelesaikan kuliah minimal sarjana dan bekerja di bidangnya masing-masing,” ucap Is Prima Nanda yang kini menjabat Dekan Fakultas Teknik Universitas Andalas.
Acara juga menghadirkan sesi bedah buku dengan moderator wartawan senior Hasril Chaniago, menghadirkan pembahas seperti Irman Gusman, Prof. Fachri Ahmad, dan Prof. Elwi Danil. Sementara sejumlah tokoh lain, termasuk Dr. Ir. Insannul Kamil dan H. Masful, turut memberikan tanggapan yang memperkaya diskusi. (rn/*/pzv)

 
																				









Komentar