Redupnya Gairah Budaya Sumbar Sejak Supardi Tinggalkan Dunia Politik

News334 Dilihat

Padang, RANAHNEWS — Vakumnya Supardi dari panggung politik Sumatera Barat dinilai meninggalkan kekosongan dalam geliat kebudayaan dan pendidikan di ranah Minang. Sejumlah tokoh menyuarakan keprihatinan atas redupnya semangat pelestarian budaya dan pengembangan pendidikan pasca tidak aktifnya mantan Ketua DPRD Sumbar itu.

Selama tiga periode duduk di legislatif, Supardi dikenal sebagai figur yang konsisten memperjuangkan budaya dan pendidikan. Dedikasi itu diingat kuat oleh Zulkarnaidi, pamong budaya dan pariwisata senior Sumatera Barat, yang menyebut Supardi sebagai tokoh langka yang rela “berdarah-darah” demi kemajuan kebudayaan Minangkabau.

“Saya kenal beliau sejak 2009. Ia tidak hanya bicara, tapi langsung bekerja untuk mengangkat kesenian yang nyaris hilang dari peradaban,” ungkap Zulkarnaidi, yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat.

Selama menjabat, Supardi tercatat menggagas pementasan berbagai seni tradisi Minangkabau seperti Gamad, Sampelong, Sirompak, Basijobang, Tari Podang, hingga Talempong Batu. Upaya itu tak hanya menghidupkan kembali warisan budaya yang nyaris punah, tetapi juga menanamkan kebanggaan identitas kepada generasi muda.

Menurut Zulkarnaidi, sumbangsih Supardi tidak berhenti di panggung seni. Peran strategisnya sebagai anggota hingga Ketua DPRD Sumbar dimanfaatkan untuk mendorong kebijakan anggaran yang berpihak pada pelestarian budaya.

“Jejak digitalnya mudah ditelusuri, tak terhitung program dan kebijakan yang sudah ia dorong. Beliau politisi langka yang tidak hanya berwacana,” tegasnya.

Tak hanya sektor kebudayaan, kontribusi Supardi di bidang pendidikan juga mendapat apresiasi. Liswandi, mantan anggota DPRD Sumbar dua periode yang kini menjadi Tenaga Ahli DPRD Sumbar, menyebut Supardi sebagai sosok yang memiliki visi jelas dalam pengembangan pendidikan.

“Beliau mendorong banyak program pendidikan, seperti pemetaan potensi anak sejak dini, tes IQ pelajar, bantuan pendidikan lewat pokir, hingga kegiatan monumental seperti SMK Expo,” ujarnya.

Liswandi menilai, komitmen Supardi dalam pendidikan tidak bersifat seremonial. Fokus dan langkah konkretnya membawa dampak langsung di lapangan.

“Sangat sulit menemukan politisi yang punya visi dan keberpihakan nyata terhadap pendidikan seperti Supardi,” tambahnya.

Di tengah minimnya tokoh politik yang bersentuhan langsung dengan akar budaya dan kebutuhan pendidikan, kehadiran Supardi selama aktif di DPRD menjadi pengecualian. Kini, saat ia memilih vakum dari dunia politik, Sumatera Barat kehilangan salah satu penggerak utamanya. (rn/*/pzv)

Komentar