Padang, RANAHNEWS — Peringatan 80 tahun Provinsi Sumatera Barat yang diperingati melalui rapat paripurna DPRD justru dibayangi kabar kurang menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi (PE) Sumbar pada triwulan II 2025 tercatat hanya 3,94 persen, terendah di antara seluruh provinsi di Pulau Sumatra.
Fakta ini menuai keprihatinan banyak kalangan, termasuk pengusaha nasional berdarah Minang, Jefri Nedi. Menurutnya, angka tersebut harus menjadi tamparan sekaligus pemantik semangat bagi semua pihak untuk berbenah.
“Jangan patah arang dengan fakta ini, jadikan sebagai pemantik kerja keras seluruh pemangku kepentingan di Sumbar,” ujarnya, Rabu (1/10/2025) di Padang.

Ia menilai rendahnya kinerja ekonomi Sumbar tidak sebanding dengan potensi besar yang dimiliki. Mulai dari hasil bumi, perkebunan, hingga komoditas unggulan seperti gambir yang laku di pasar dunia, semuanya seharusnya bisa menjadi penggerak ekonomi.
“Sumbar punya laut, gunung, lembah, juga kantong-kantong penghasil emas. Bahkan DNA orang Minang itu pedagang. Tidak mungkin PE rendah terus melekat ke Sumbar jika potensi ini digarap serius,” kata Jefri.
Menurutnya, kunci kebangkitan ekonomi ada pada kemudahan investasi. Ia menekankan agar pemerintah daerah membuka ruang seluas-luasnya dengan birokrasi yang ramah, transparan, dan efisien.
“Gubernur, bupati, hingga wakil bupati harus bersinergi. Jangan investor dibelit birokrasi berbiaya mahal. Berikan kepastian agar modal bisa mengalir ke Sumbar,” tegasnya.
Jefri optimistis usia 80 tahun Sumbar dapat menjadi momentum kebangkitan. Ia bahkan menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 7,5 persen dalam satu hingga tiga tahun ke depan.
“Saya bersama para pengusaha dan saudagar Minang yakin Sumbar bisa bangkit, asalkan ada kerja keras, kolaborasi, dan keterbukaan untuk menggandeng perantau yang sudah sukses di tingkat nasional,” tutupnya. (rn/*/pzv)












Komentar