TWA Mega Mendung Ditertibkan, Praktisi: Demi Keselamatan dan Masa Depan Pariwisata

Pariwisata336 Dilihat

Padang, RANAHNEWS – Tindakan tegas aparat gabungan yang menertibkan kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Mega Mendung di Lembah Anai, Kabupaten Tanah Datar, mendapat apresiasi dari praktisi dan aktivis pariwisata Sumatera Barat, Muhammad Zuhrizul. Ia menilai langkah pembongkaran fasilitas ilegal oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kementerian Kehutanan sebagai bentuk kepedulian nyata terhadap keselamatan masyarakat dan wisatawan.

“Galodo yang memorak-porandakan kawasan Lembah Anai setahun lalu masih segar dalam ingatan. Jika tidak ada langkah tegas, kita hanya menunggu waktu untuk kembali berduka. Apalagi bencana alam tak bisa diprediksi. Bisa datang siang saat ramai pengunjung, atau malam ketika semua terlelap,” ujar Zuhrizul, Jumat (27/6/2025) di Padang.

Zuhrizul yang juga menjabat sebagai General Manager Geopark Nasional mengingatkan bahwa sebagian besar destinasi wisata eksotik di Sumbar berada di wilayah yang termasuk kawasan hutan seperti pegunungan, sungai, dan danau. Oleh sebab itu, menurutnya, pendekatan kehati-hatian dan mitigasi risiko sangat penting dalam pengelolaan wisata.

“Tidak semua penertiban itu semata untuk kepentingan pemerintah. Banyak justru demi keselamatan masyarakat dan wisatawan sendiri. Namun pemerintah juga perlu bijak, terutama dalam memberi solusi bagi warga yang menggantungkan penghidupan di kawasan tersebut,” katanya.

Ia menyarankan pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota untuk mulai membangun konsep pariwisata berbasis mitigasi bencana dan ketahanan pangan. Menurutnya, kelangkaan pangan adalah bencana lain yang kerap luput dari perhatian, padahal berdampak langsung terhadap keberlanjutan kehidupan masyarakat.

“Mitigasi bencana tidak akan kuat berdiri sendiri jika ketahanan pangan masyarakat di sekitarnya lemah. Keduanya harus berjalan beriringan,” ucapnya.

Ia juga menegaskan perlunya pengawasan rutin terhadap kawasan wisata rawan bencana, sekaligus edukasi mendalam bagi pengelola dan pengunjung. Hal ini penting agar tumbuh kesadaran kolektif akan pentingnya keselamatan dan keberlanjutan.

“Perlu pendekatan peradaban, bukan hanya pendekatan aturan. Ubah pola pikir kita semua, dari mengejar untung sesaat menjadi menjaga hidup yang berkelanjutan. Kalau aturan hanya ditegakkan setengah hati, masyarakat akan tetap abai,” kata Zuhrizul yang akrab disapa Ma Etek.

Menurutnya, potensi pariwisata Sumatera Barat sangat besar, namun harus dibarengi dengan kesadaran tinggi terhadap ancaman bencana. Jika keselamatan warga dan wisatawan ingin dijaga, maka tak ada ruang bagi kompromi terhadap pelanggaran di kawasan rawan. (rn/*/pzv)

Komentar