Rahmat Saleh: Pertanian Harus Jadi Fondasi Pembangunan Sumatera Barat

Ekonomi34 Dilihat

Jakarta, RANAHNEWS  – Peringatan Hari Jadi ke-80 Provinsi Sumatera Barat pada 1 Oktober 2025 tidak hanya dirayakan dengan seremoni, tetapi juga menjadi momentum refleksi arah pembangunan daerah. Sorotan utama jatuh pada sektor pertanian yang dinilai sebagai fondasi kesejahteraan masyarakat.

Anggota Komisi IV DPR RI, Rahmat Saleh, menegaskan pertanian harus ditempatkan sebagai pilar utama pembangunan. Menurutnya, kemajuan Sumbar tidak bisa dilepaskan dari pengelolaan pertanian yang berorientasi pada nilai tambah.

“Pertanian adalah tulang punggung Sumbar. Komoditas seperti gambir, padi, dan hortikultura bisa memberi nilai ekonomi besar jika diolah, bukan sekadar dijual mentah. Tantangannya ada pada keberanian kita membangun hilirisasi,” ujarnya di Jakarta, Rabu (1/10/2025).

Rahmat menilai, momentum peringatan ke-80 tahun Sumbar harus dijadikan ruang evaluasi, bukan sekadar selebrasi. Refleksi tersebut, katanya, penting untuk memperkuat basis ekonomi masyarakat melalui hilirisasi produk pertanian.

Ia menjelaskan, hilirisasi tidak hanya meningkatkan harga jual, melainkan juga membuka lapangan kerja baru, meningkatkan kesejahteraan petani, dan memperkokoh ketahanan pangan lokal.

Meski demikian, ia mengingatkan masih banyak persoalan klasik yang membayangi petani. Keterbatasan modal, infrastruktur irigasi yang belum memadai, hingga distribusi yang tidak merata disebutnya masih menjadi hambatan nyata.

“Kita tidak bisa menutup mata. Petani bekerja keras, tetapi pendapatannya belum sepadan. Ini fakta yang harus kita atasi bersama,” tegasnya.

Rahmat juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor. Menurutnya, pembangunan pertanian tidak bisa hanya bertumpu pada pemerintah daerah, melainkan harus melibatkan pemerintah pusat, swasta, hingga lembaga pendidikan.

“Teknologi pertanian, riset, dan keterlibatan generasi muda sangat penting. Tanpa itu, Sumbar akan tertinggal dalam menghadapi persaingan global,” jelasnya.

Lebih jauh, ia menyoroti potensi gambir sebagai komoditas khas Sumbar yang selama ini masih diekspor mentah. Menurutnya, jika diolah di dalam negeri, gambir bisa menjadi ikon kebangkitan ekonomi daerah.

“Kalau diolah di sini, manfaatnya akan langsung dirasakan petani, bukan orang lain di luar negeri,” katanya.

Namun, Rahmat mengingatkan, tantangan besar tetap menanti. Perubahan iklim, alih fungsi lahan, hingga minimnya regenerasi petani disebut sebagai ancaman jangka panjang yang harus segera diantisipasi.

“Kalau kita bicara Sumbar maju, itu bukan sekadar jargon. Harus ada kerja bersama, bahu membahu. Masyarakat harus merasakan langsung manfaat pembangunan. Dan jalan paling realistis adalah memperkuat sektor pertanian,” pungkasnya. (rn/*/pzv)

Komentar