Masyarakat Purus Bela Wali Kota Fadly Amran: Bukan Pencitraan, Ini Wujud Kepemimpinan Nyata

News123 Dilihat

Padang, RANAHNEWS – Kritik yang dilontarkan Wakil Ketua DPRD Kota Padang, Mastilizal Aye, terhadap kunjungan Wali Kota Fadly Amran ke kawasan Pantai Padang, memicu respons tajam dari warga yang merasa langsung merasakan manfaat kunjungan tersebut. Salah satu suara yang mencuat datang dari Deri, tokoh masyarakat di Kelurahan Purus, lokasi yang disambangi Wali Kota Fadly akhir pekan lalu.

Menurut Deri, tudingan pencitraan yang diarahkan kepada Fadly Amran tidak hanya tidak berdasar, tetapi juga menyinggung perasaan masyarakat yang menerima langsung perhatian dari pemimpinnya.

“Kalau tidak turun ke lapangan, jangan asal menilai. Kami di sini yang disapa, bukan sekadar difoto. Menyakitkan rasanya melihat kunjungan yang penuh kepedulian justru dianggap pencitraan. Kami yang didengarkan keluhannya, kami juga yang diberikan solusi langsung,” ujar Deri, Senin (7/4/2025).

Ia menegaskan bahwa kehadiran Fadly bukan untuk mencari perhatian, melainkan bentuk tanggung jawab dan empati terhadap warga. “Bukan gaya-gayaan. Fadly datang karena tahu kami butuh disapa, bukan dijanjikan lewat baliho,” katanya.

Lebih lanjut, Deri menyayangkan narasi yang berkembang di ruang publik lebih fokus pada penampilan dan kendaraan dinas wali kota, daripada menyoroti substansi dan manfaat kunjungan tersebut. “Apa salahnya pemimpin datang ke pantai, menyapa dengan tangan terbuka dan senyuman? Apakah pemimpin harus menunggu rakyat susah dulu baru mau turun ke lapangan?” ujar Deri dengan nada serius.

Menurutnya, masyarakat Kelurahan Purus telah lama menjadi sasaran janji politik. Yang mereka butuhkan bukanlah wacana, melainkan aksi nyata. Ia menilai kunjungan Fadly sebagai bentuk nyata dari kehadiran seorang pemimpin yang tidak berjarak dan tidak bersembunyi di balik meja kerja.

“Kalau orang yang tidak turun saja bisa menilai, apalagi kami yang berada di lapangan. Kami tahu siapa yang benar-benar peduli dan siapa yang hanya pandai bicara,” tambahnya.

Deri juga menyoroti maraknya opini yang hanya mempermasalahkan hal-hal remeh seperti busana, ajudan, dan kendaraan dinas. “Batik, ajudan, dan mobil hanyalah atribut. Yang penting adalah ketulusan hati dan keberanian langkah kaki. Fadly datang bukan untuk pertunjukan, tapi membawa niat baik,” ujarnya.

Ia mengakhiri pernyataan dengan pesan yang menyentil elit politik yang lebih sering muncul di media ketimbang turun langsung ke masyarakat. “Kalau pemimpin yang turun ke lapangan justru dicaci, kapan rakyat bisa benar-benar diperhatikan? Jangan dibalik logikanya. Yang hadir seharusnya diapresiasi, bukan dicurigai,” pungkas Deri. (rn/*/pzv)

Komentar