Rahmat Saleh: Pemuda Sumbar Harus Jadi Penggerak, Bukan Penonton

Nasional73 Dilihat

Jakarta, RANAHNEWS — Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 tak hanya menjadi ritual tahunan, tetapi seharusnya menjadi momentum refleksi dan kebangkitan bagi generasi muda, terutama di Sumatera Barat yang memiliki peran penting dalam sejarah pergerakan nasional.

Anggota Komisi IV DPR RI, Rahmat Saleh, menegaskan bahwa semangat Sumpah Pemuda harus dihidupkan kembali melalui tindakan nyata, bukan sekadar seremoni. Menurutnya, Sumatera Barat memiliki posisi istimewa dalam sejarah bangsa karena dari tanah Minangkabau lahir banyak tokoh pelopor persatuan nasional.

Salah satu di antaranya adalah Mohammad Yamin dari Talawi, Sawahlunto, yang berperan besar dalam lahirnya ikrar kebangsaan pada 28 Oktober 1928.

“Pemuda Sumatera Barat harus tahu bahwa dari daerah merekalah lahir ide besar tentang persatuan bangsa. Kalau dulu Mohammad Yamin mempersatukan gagasan lewat bahasa dan budaya, kini anak muda Minang harus mempersatukan bangsa melalui karya dan kontribusi,” ujar Rahmat di Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Ia menilai bahwa warisan sejarah tersebut bukan sekadar kebanggaan, melainkan tanggung jawab moral bagi generasi muda Minang hari ini. Nilai-nilai Sumpah Pemuda, satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa, dianggapnya masih relevan di tengah tantangan sosial yang sering memperuncing perbedaan.

“Kita hidup di masa ketika perbedaan kerap dibenturkan. Padahal inti dari Sumpah Pemuda adalah menyatukan keragaman. Di Sumatera Barat, kita memiliki kekayaan adat dan budaya yang luar biasa, tapi itu tidak boleh menjadi pembatas. Identitas lokal justru harus menjadi kekuatan yang memperkokoh rasa kebangsaan,” tambahnya.

Rahmat juga menyoroti dilema yang dihadapi generasi muda, terutama di daerah, antara mempertahankan identitas lokal dan menyesuaikan diri dengan tuntutan nasional.

“Kalau kita terus melihat identitas daerah sebagai tembok, maka kita kehilangan semangat satu bangsa. Pemuda Minang harus berani beradaptasi tanpa kehilangan akar budaya,” katanya.

Sebagai legislator, Rahmat mendorong agar nilai-nilai Sumpah Pemuda lebih kuat diinternalisasi dalam sistem pendidikan dan kehidupan sosial masyarakat Sumatera Barat. Ia menilai kurikulum sekolah perlu menonjolkan peran tokoh-tokoh lokal dalam sejarah nasional, termasuk kontribusi para tokoh asal Minangkabau dalam pergerakan kebangsaan.

Selain itu, ia mengusulkan adanya program lintas daerah bagi pemuda untuk memperkuat persaudaraan dan pertukaran gagasan antarwilayah.

“Kalau anak muda dari Padang bisa berdiskusi dengan anak muda dari Papua atau Maluku, di situlah rasa kebangsaan tumbuh. Sumpah Pemuda bukan sekadar teks sejarah, tapi semangat yang harus diteruskan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Rahmat menilai bahwa pemuda Sumatera Barat memiliki potensi besar menjadi motor perubahan, terutama dalam bidang ekonomi kreatif berbasis budaya.

“Kita punya identitas yang kuat dan cerita yang khas. Sekarang tinggal bagaimana mengubah itu menjadi karya dan peluang. Pemuda Minang tidak boleh hanya menjadi penonton, tapi pelaku yang membawa semangat kebangsaan lewat karya nyata,” tegasnya.

Ia menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa Sumatera Barat telah memberi sumbangsih besar bagi lahirnya semangat persatuan bangsa.

“Kini, saat tantangan bangsa semakin kompleks, giliran pemuda Minangkabau untuk menjaga dan mengobarkan kembali semangat itu, bukan sekadar mengenang sejarah, tetapi menulis sejarah baru untuk Indonesia,” pungkas Rahmat. (rn/*/pzv)

Komentar