Rahmat Saleh: Hilirisasi Gambir Kunci Transformasi Pertanian Sumbar

Politik81 Dilihat

Jakarta, RANAHNEWS – Peringatan Hari Tani Nasional 2025 menjadi momentum penting bagi Sumatera Barat untuk menegaskan arah pembangunan pertaniannya. Anggota Komisi IV DPR RI, Rahmat Saleh, menilai percepatan hilirisasi harus ditempatkan sebagai poros utama agar petani memperoleh nilai tambah nyata dari komoditas unggulan, terutama gambir.

Menurut Rahmat, potensi gambir Sumbar bukan sekadar klaim daerah, melainkan fakta ekonomi yang dapat mengubah struktur pendapatan petani bila didukung kebijakan, investasi, dan tata niaga yang jelas.

“Sumatera Barat punya keunggulan komparatif, iklim, budaya tanam, dan rantai pasok yang sudah terbentuk. Namun sebagian besar gambir masih dijual dalam bentuk mentah. Hilirisasi adalah kunci agar nilai tambah tetap berada di tangan petani dan pelaku ekonomi lokal,” ujarnya di Jakarta, Rabu (24/9/2025).

Indonesia diketahui menguasai sebagian besar pasar ekspor gambir dunia, dengan Sumatera Barat menjadi penyumbang utama. Sekitar 80 persen kebutuhan pasar global dipenuhi dari daerah ini, menempatkan Sumbar pada posisi strategis untuk beralih dari ekspor bahan mentah ke produk hilir bernilai tinggi seperti ekstrak farmasi, kosmetik, dan industri pewarna.

Rahmat menekankan perlunya langkah konkret. Pertama, pembangunan pabrik pengolahan gambir dengan studi kelayakan dan insentif investasi agar rantai nilai tidak berhenti pada tahap bahan baku. Kedua, penguatan penyuluh pertanian dan akses pembiayaan mikro untuk kelompok tani guna menjamin mutu dan kontinuitas pasokan. Ketiga, sinkronisasi regulasi pusat dan daerah agar izin usaha, logistik, dan akses ekspor tidak terhambat birokrasi.

“Kalau investasi datang tapi rantai pasok rapuh, investor akan pergi. Kita perlu garansi pasar, kepastian pasokan, dan kemudahan perizinan,” tegasnya.

Pernyataan itu sejalan dengan sikap Kementerian Pertanian yang menempatkan hilirisasi gambir sebagai prioritas nasional dan siap mendukung percepatan dari pusat. Data terbaru 2024–2025 menunjukkan lonjakan produksi gambir di berbagai daerah di Sumbar, dengan total puluhan ribu ton per tahun. Hal ini memperkuat urgensi hilirisasi agar nilai tambah tidak lari ke luar daerah.

Rahmat juga menyinggung program Sumbar Cerdas Bertani yang ia gagas, yakni penggabungan pendidikan pertanian, pelatihan teknis untuk petani muda, serta pendampingan bisnis. Menurutnya, generasi baru petani harus mampu mengoperasikan fasilitas hilir dan memahami pasar.

“Kita tidak boleh hanya bangga sebagai pemasok bahan mentah. Pendidikan, teknologi, dan akses pasar harus berjalan beriringan,” katanya.

Selain gambir, Sumatera Barat memiliki potensi besar pada jagung, kopi, padi, dan komoditas pangan lain. Rahmat menegaskan, momentum Hari Tani tidak boleh sekadar seremoni, melainkan pijakan kebijakan berkelanjutan yang berpihak kepada petani.

Ia memastikan akan mendorong di Komisi IV DPR RI alokasi anggaran, regulasi yang memfasilitasi industri hilir, serta skema pembiayaan yang menyatukan pusat, daerah, dan pelaku usaha lokal.

“Kita punya komoditas unggulan. Tugas kita adalah memastikan nilai itu dirasakan langsung oleh petani dan masyarakat Sumbar, bukan hanya tercatat di laporan ekspor,” pungkas politisi PKS tersebut.

Rahmat optimistis, jika kebijakan, investasi hilir, dan pemberdayaan petani dijalankan serentak, maka Hari Tani Nasional 2025 akan dikenang sebagai titik awal transformasi pertanian Sumatera Barat menuju nilai tambah yang berkelanjutan. (rn/*/pzv)

Komentar