Jakarta, RANAHNEWS – Wakil Ketua DPRD Sumbar, Nanda Satria, mendorong pengelolaan kawasan kota tua di Sumatera Barat dilakukan secara optimal guna mendukung pelestarian budaya, pengembangan pariwisata, serta peningkatan ekonomi masyarakat.
Hal ini disampaikannya usai melakukan kunjungan kerja ke Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua Jakarta, Senin (13/1/2025).
Dalam kunjungan tersebut, Nanda mendapatkan berbagai masukan terkait pengelolaan kota tua yang berhasil mendongkrak kunjungan wisatawan hingga 2,1 juta orang pada 2024. Salah satu strategi yang dinilai efektif adalah penerapan konsep konsorsium.
“Konsep konsorsium memungkinkan revitalisasi berjalan maksimal dengan melibatkan berbagai pihak. Gedung-gedung tua disewa oleh tim konsorsium, kemudian direvitalisasi dan disewakan kembali kepada investor. Model ini mampu mengoptimalkan pengelolaan kawasan dan menarik lebih banyak wisatawan,” ujar Nanda.
Ia menyebutkan, model serupa dapat diterapkan di Sumatera Barat dengan melibatkan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebagai pengelola utama area komersial. Hal ini akan mempermudah investor dalam berinvestasi sekaligus menciptakan standar pengelolaan yang lebih transparan.
Sumatera Barat memiliki beberapa kawasan kota tua yang potensial untuk dikembangkan, seperti Kota Tua Padang dan Sawahlunto. Menurut Nanda, optimalisasi pengelolaan kawasan ini dapat menjadi motor penggerak bagi pariwisata, ekonomi kreatif, dan UMKM lokal.
“Jika area komersialnya dikelola BUMD, akan lebih mudah bagi investor untuk berinvestasi. Kawasan ini dapat menjadi pusat ekonomi kreatif, tempat berdirinya restoran UMKM, dan ruang publik yang menarik. Dengan pengelolaan yang baik, roda perekonomian masyarakat di sekitar kota tua akan bergerak lebih dinamis,” jelas politisi muda Partai NasDem tersebut.
Nanda menegaskan, pengelolaan yang optimal tidak hanya menjaga kelestarian aset budaya melalui revitalisasi, tetapi juga meningkatkan daya tarik wisata Sumatera Barat. Hal ini diharapkan mampu menggenjot pendapatan asli daerah (PAD) serta memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.
“Melalui pengelolaan yang baik, aset budaya akan tetap terjaga, daya tarik wisata meningkat, dan UMKM tumbuh lebih kuat. Dampaknya, masyarakat akan merasakan manfaat langsung dari keberadaan kota tua sebagai destinasi wisata,” tambah Nanda.
Sementara itu Kasubag TU UPK Kota Tua Jakarta, Irfal Guci, menyampaikan bahwa pengelolaan Kota Tua Jakarta berfokus pada menciptakan destinasi yang ramah lingkungan. Program kerja yang dijalankan meliputi penyediaan jalur sepeda ramah disabilitas, penataan lahan parkir, dan promenade Kali Besar Utara.
“Sejak 2020 hingga 2024, kawasan Kota Tua Jakarta telah mencatat 7,6 juta kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara. Hal ini menunjukkan pentingnya penataan yang baik dan berkelanjutan,” ungkap Irfal.
Nanda berharap masukan dari kunjungan kerja ini dapat diadopsi untuk pengelolaan kota tua di Sumatera Barat. Ia optimis, dengan pengelolaan yang terencana dan melibatkan BUMD, kawasan kota tua di Sumbar dapat menjadi ikon budaya, pariwisata, sekaligus pendorong ekonomi lokal yang berkelanjutan.
“Kita punya potensi besar. Sekarang saatnya mengelola dengan lebih optimal agar manfaatnya dapat dirasakan seluruh masyarakat Sumatera Barat,” tutup Nanda. (rn/*pzv)
Komentar